Selasa, 27 November 2012

Atraksi yang terjadi dalam hubungan interpersonal dan proses terjadinya hubungan interpersonal ( tema ke-7)


Atraksi yang terjadi dalam hubungan interpersonal dan proses terjadinya hubungan interpersonal

Atraksi hubungan interpersonal dan Proses terjadinya

 ATRAKSI INTERPERSONAL

1.    Definisi atraksi interpersonal
Kita dapat meramalkan arus komunikasi interpersonal yang akan terjadi. Semakin tertarik kita kepada seseorang, maka semakin besar kecenderungan kita berkomunikasi dengan dia. Oleh karena itu, atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang. Adanya daya tarik ini membentuk rasa suka. Rasa suka pada seseorang umumnya membuat orang yang kita sukai menjadi signifikan bagi kita.

2.      Teori atraksi interpersonal
·         Reinforcement theory menjelaskan bahwa seseorang menyukai orang lain adalah sebagai hasil belajar.
·         Equity theory menyatakan bahwa dalam suatu hubungan, manusia selalu cenderung menjaga keseimbangan antara harga (cost) yang dikeluarkan dengan ganjaran (reward) yang diperoleh.
·         Exchange theory menjelaskan bahwa interaksi sosial diibaratkan sebagai transaksi dagang. Jika orang kenal pada seseorang yang mendatangkan keuntungan ekonomis dan psikologis, akan lebih disukai
·         Gain-loss theory menyatakan bahwa orang cenderung lebih menyukai orang-orang yang menguntungkan daripada orang-orang yang merugikan kita

3.    Faktor yang mempengaruhi atraksi interpersonal
Faktor-faktor yang mempengaruhi atraksi interpersonal dibagi menjadi dua, yaitu faktor personal dan faktor situasional.
Berikut ini adalah penjelasan dari faktor-faktor tersebut, yaitu:
1. Faktor-faktor personal yang mempengaruhi atraksi interpersonal:
•Kesamaan karakteristik personal
Orang-orang yang memiliki kesamaan dalam nilai-nilai, sikap, keyakinan, tingkat sosioekonomis, agama, dan ideologis memiliki kecenderungan saling menyukai. Menurut teori Cognitive consistencydari Fritz Heider dalam Jalaluddin Rakhmat (2011), manusia selalu berusaha mencapai konsistensi dalam sikap dan perilakunya.
Contoh:     Ketika kita sedang naik kendaraan umum dan berjumpa dengan seorang kenalan baru. Maka percakapan kita berlangsung dan dimulai dari masalah-masalah demografis (dimana anda tinggal, pekerjaan anda, dll) sampai masalah-masalah politik dan sebagainya.
•Tekanan emosional (stress)
Bila seseorang sedang dalam keadaan yang mencemaskannya atau harus memikul tekanan emosional, maka ia akan menginginkan kehadiran orang lain. Tekanan emosional ini dibuktikan oleh Stanley Schacter dalam Jalaluddin Rakhmat (2011) dengan membuat sebuah eksperimen. Ia mengumpulkan dua kelompok mahasiswi. Kepada kelompok pertama dia menyatakan bahwa mereka akan menjadi subjek eksperimen yang meneliti efek kejutan listrik yang sangat menyakitkan. 
•Harga diri yang rendah
Menurut wlster dalam Jalaluddin Rakhmat (2011), bila harga diri seseorang direndahkan, harsat afiliasi (bergabung dengan orang lain) bertambah, dan ia makin responsif untuk menerima kasih sayang orang lain. Orang yang rendah diri cenderung mudah mencintai orang lain.
•Isolasi sosial.
Manusia adalah makhluk sosial. Manusia mungkin tahan dengan hidup terasing untuk beberapa waktu dan bukan untuk waktu yang lama. Isolasi sosial merupakan pengalaman yang tidak enak. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa tingkat isolasi sosial sangat berpengaruh terhadap kesukaan kita pada orang lain.

 HUBUNGAN INTERPERSONAL

1. Definisi hubungan interpersonal
Komunikasi yang efektif ditandai dengan adanay hubungan interpersonal yang baik.  Menurut Anita Taylor dalam Jalaluddin Rakhmat (2011), komunikasi interpersonal yang efektif meliputi banyak unsur tetapi hubungan interpersonal barangkali yang paling penting. Setiap melakukan komunikasi, kita bukan hanya sekadar menyampaikan isi pesan (content), tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonal (relationship). Berikut ini adalah contoh beberapa kalimat yang menunjukkan kadar hubungan interpersonal yang berbeda, yaitu: 
•             Rumahmu dimana?
•             Dimanakah rumah anda?
•             Bolehkah saya tahu dimana rumah anda?
Pandangan bahwa komunikasi mendefinisikan hubungan interpersonal telah dikemukakan oleh Ruesch dan Bateson (1951) pada tahun 1950-an. Gagasan ini dipopulerkan di kalangan komunikasi oleh Waulawuck, Beavin, dan Jackson (1967). Selain itu, para psikolog juga mulai menaruh minat yang besar pada hubungan interpersonal seperti tampak pada tulisan Gordon W. Allport (1960), Erich Fromm (1962), Martin Buber (1975), Carl Rogers (1951). Semua tokoh psikologi tersebut mewakili mazhab humanistik.
Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan.

2. Teori hubungan interpersonal
Untuk menganalisis hubungan interpersonal, menurut Goleman dan Hammen dalam Jalaluddin Rakhmat (2011) terdapat empat buah model, yaitu:

1.       Model pertukaran sosial (social exchange model)
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Pada model ini, orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Thibault dan Kelley dalam Jalaluddin Rakhmat (2011) menyimpulkan model ini sebagai asumsi dasar yang mendasari seluruh analisis kami adalah bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya. Terdapat empat konsep pokok dalam model ini, yaitu:
•             Ganjaran
Ganjaran adalah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu hubungan. Ganjaran dapat berupa uang, penerimaan sosial, atau dukungan terhadap nilai. Nilai suatu ganjaran berbeda antara seseorang dengan orang lain, dan antara waktu yang satu dengan waktu yang lain.
Contoh:     Bagi orang miskin, uang lebih berharga daripada ilmu pengetahuan. Sedangkan bagi orang kaya, mungkin penerimaan sosial lebih berharga daripada uang

Proses terjadinya hubungan interpersonal dalam komunikasi interpersonal

Terdapat tiga faktor yang dapat menumbuhkan hubungan interpersonal dalam komunikasi interpersonal, yaitu:

1.       Percaya (trust)
Dari semua faktor, faktor percaya adalah yang paling penting. Menurut Giffin dalam Jalaluddin Rakhmat (2011), percaya didefinisikan sebagai mengandalkan perilaku orang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, yang pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang penuh risiko. Definisi tersebut menyebutkan adanya tiga unsur percaya, yaitu:
•             Ada situasi yang menimbulkan risiko
•             Orang yang menaruh kepercayaan kepada orang lain berarti menyadari bahwa akibat-akibatnya bergantung pada perilaku orang lain
•             Orang yang yakin bahwa perilaku orang lain akan berakibat baik baginya
Manfaat menaruh rasa percaya pada orang lain adalah meningkatkan komunikasi interpersonal karena membuka saluran komunikasi, memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi, serta memperluas peluang komunikan untuk mencapai maksudnya. Selain itu, hilangnya kepercayaan pada orang lain akan menghambat perkembangan hubungan interpersonal yang akrab.
Di samping faktor-faktor personal, terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan sikap percaya seperti karakteristik dan maksud dari orang lain, adanya hubungan kekuasaan, sifat dan kualitas komunikasi, serta adanya sikap jujur dari setiap komunikan. Selain itu, terdapat juga tiga hal utama yang dapat menumbuhkan sikap percaya dan mengembangkan komunikasi yang didasarkan pada sikap saling percaya, yaitu:
•             Menerima, adalah kemampuan berhubungan dengan orang lain tanpa menilai dan berusaha mengendalikan. Menurut Anita Taylor dalam Jalaluddin Rakhmat (2011), menerima adalah sikap yang melihat orang lain sebagai menusia, sebagai individu yang patut dihargai. Menerima tidaklah berarti menyetujui semua perilaku orang lain atau rela menanggung akibat-akibat perilakunya.
•             Empati, adalah sikap yang dianggap sebagai memahami orang lain yang tidak mempunyai arti emosional bagi kita. Dalam empati, kita tidak menempatkan diri kita pada posisi orang lain, tetapi kita ikut secara emosional dan intelektual dalam pengalaman orang lain. Berempati artinya membayangkan diri kita pada kejadian yang menimpa orang lain.
•             Kejujuran, dapat diartikna sebagai sikap apa adanya. Menerima dan empati mungkin saja dipersepsi salah oleh orang lain. Sikap menerima kita dapat ditanggapi sebagai sikap tak acuh, dingin, dan tidak bersahabat. Sedangkan sikap empati kita dapat ditanggapi sebagai pura-pura. Supaya ditanggapi sebenarnya, maka kita harus jujur dalam mengungkapkan diri kita terhadap orang lain. Kejujuran menyebabkan perilaku kita dapat diduga, sehingga mendorong orang lain untuk percaya pada kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar