Selasa, 27 November 2012

Persepsi tentang orang, pebendaanya dengan persepsi sosial, dan atribusi beserta teori-teori atribusi (tema ke-5)


Persepsi tentang orang, perbedaannya dengan persepsi sosial, dan atribusi beserta teori-teori atribusi
A.PERBEDAAN PERSEPSI BENDA DENGAN PERSEPSI SOSIAL

 Ada empat perbedaan antara persepsi objek dengan persepsi interpersonal.
         Pertama, pada persepsi objek, stimuli ditangkap oleh alat indera kita melalui benda-benda fisik: gelombang, cahaya, gelombang suara, temperatur dan sebagainya; pada persepsi interpersonal, stimuli mungkin sampai kepada kita melalui lambang-lambang verbal atau grafis yang disampaikan pihak ketiga.  Adanya pihak ketiga yang menjadi mediasi stimuli, mengurangi kecermatan persepsi kita.
         Kedua, bila kita menanggapi objek, kita hanya menanggapi sifat-sifat luar objek itu; kita tidak meneliti sifat-sifat batiniah objek itu. Ketika kita melihat papan tulis, kita tidak pernah mempersoalkan bagaimana perasaannya ketika kita amati. Pada persepsi interpersonal, kita mencoba memahami apa yang tidak tampak pada alat indera kita. Kita tidak hanya melihat perilakunya, kita juga melihat mengapa ia berperilaku seperti itu. Kita mencoba memahami bukan saja tindakan tetapi juga motif tindakan itu. Dengan demikian stimuli kita menjadi sangat kompleks. Kita tidak akan mampu “menangkap” seluruh sifat orang lain dan berbagai dimensi perilakunya. Kita cenderung memilih stimuli tertentu saja.
        Ketiga, ketika kita mempersepsi objek, objek tidak bereaksi kepada kita; kita pun tidak memberikan reaksi emosional padanya. Perasaan anda dingin saja ketika anda memandang papan tulis; tetapi sedingin itu jugakah ketika anda memandang Sarah Azhari? Apakah Sarah Azhari juga akan diam saja ketika Anda memandangnya tidak berkedip? Dalam persepsi interpersonal faktor-faktor personal anda, dan karakteristik orang yang ditanggapi serta hubungan anda dengan orang tersebut menyebabkan persepsi interpersonal sangat cenderung untuk keliru. Lagipula kita sukar menemukan kriteria yang dapat menentukan persepsi siapa yang keliru: persepsi anda atau persepsi saya.
         Keempat objek relatif tetap, manusia berubah-ubah. Papan tulis yang anda lihat minggu yang lalu tidak berbeda dengan papan tulis yang kita lihat hari ini. Mungkin tulisan pada papan tulis itu sudah berubah, mungkin sobekan kayu di sudut sudah hilang tetapi secara keseluruhan papan tulis itu tidak berubah. Manusia selalu berubah. Anda hari ini bukan anda yang kemarin, bukan anda esok hari. Kemarin anda ceria karena baru menerima kredit mahasiswa Indonesia. Hari ini sedih karena sepeda motor anda ditabrak becak. Esok anda gembira lagi karena ujian anda lulus. Anda di fakultas bukan anda di rumah bukan anda di masjid. Perubahan ini kalau tidak membingungkan kita, akan memberikan informasi yang salah tentang orang lain. Persepsi interpersonal menjadi mudah salah.

B. Atribusi beserta teori-teori atribusi

PENGERTIAN ATRIBUSI
Untuk mempermudah penjelasan tentang atribusi, marilah kita simak contoh kasus berikut:
Bayangkan diri anda suatu waktu baru saja pulang dari berbelannja kebutuhan sehari – hari di supermarket dekat rumah. Saat itu, anda sedang berjalan sendirian menuju rumah dengan tangan yang penuh dengan kantong belanjaan. Tiba – tiba saja dari arah berlawanan, anda di kejutkan dengan sepeda motor yang dating dengan kecepatan tiinggi. Sepeda motor itu semakin mendekati anda dan hamper menabrak anda. Dengan kedua tangan yang penuh, anda tidak bias menjaga keseimbangan dan akhirnya terjatuh. Bahkan salah satu kantong belanja anda terjatuh dan isinya berhamburan dijalan. Saat itu, secara reflex, anda bias saja merah lalu mengjjar sepeda motor itu. Tetapi hal itu tidak mungkin karena anda sedang berjalan kaki dan anda juga harus membereskan barang – barang belanjaan anda. Hal yang mungkin anda lakukan adalah menggerutu. Andapun berfikir kepanapa pengendara itu melakukan hal tersebut.
Setiap hari kita selalu bertemu dengan orang lain, baik yang kita kenal maupun tidak. Disaat itu, disadari atau tidak, kita memperhatikan segala tindakan yang mereka lakukan dan setelah itu, mulai berfikir: mengapa ya? Mereka melakkukan hal itu.
Saat kita mulai melakukan penelitian dan mencoba menjelaskan perilaku seseorang maka kita melakukan proses atribusi, di saat itu kita berusaha memahami perilaku orang yang sedang kita amati.atribusi adalah proses menyimpulka motiv, maksud, dan karakteristik orang lain dengan melihat pada perilaku yang tampak (Baron dan Byrne, 1979). Mengapa manusia melakukan atribusi? Menurut Myers (1996) kecenderungan memberikan atribusi disebabkan oleh kecenderungan manusia untuk menjelaskan segala sesuatu (ada sifat ilmuan dalam manusia), temasuk apa yang ada dibalik perilaku orang lain.
Atriibusi mengenai orang lain bisa mengacu pada atribusi tentang perilaku orang lain, pertanyaan penting yang muncul disini adalah kapan kita mengatakan bahwa tindakan yang dilakukan seseorang benar – benar menunjukan disposisinya, sepeti kepribadian, sikap, suasana hati, atatu kondisi internal lainnya? Sebaliknya kapankah kita mengatakan bahwa seseorang melakukan sesuatu karena ada atribusi situasional yang melatarbelakanginya.
Kita tahu bahwa seseorang tidak selalu mengatakan atau melakukan hal – hal yang mereka yakini. Kadangkala kita sendiri suka mencoba tersenyum dan bertindak riang kepada anak yang menyambut kita pulang disore hari. Padahal kita tahu bahwa saat itu kita sedang lelah setelah bekerja seharian. Akan tetapi kitat etap mencoba untuk tersenyum dan memberikan perhatian kepada anak kita.
Jadi bagaimana kita bias tahu saat seseorang memang benar – benar melakukan apa yang ada dalam hatinya?
Ada prinsip – prinsip yang dapat digunakan untuk menjelaskan hal tersebut:
Prinsip yang menyebutkan bahwa pertama – tama kita harus tahu benar – benar bahwa tidak ada factor eksternal dari dirinya yang membuatnya mampu melkuakn suatu tindakan tertentu. Misalnnya dalam kasus diatas. Pastikan dengan benar bahwa tidak ada satu pihak pun yang mengancam orang itu untuk tersenyum dan bersikap diang di depan anak – anaknya meskipun telah
lelah bekerja. Apakah benar tidak ada orang yang memaksa untuk melakukan hal itu? Kalau memang ada, berarti tindakan yang dilakukan itu didasarkan oleh factor eksternal. Katakanlah istri atau suaminya memaksa untuk melakukann itu. Sebaliknya, jika tidak ada satu pun factor ekstenal yang ditemukan, baru kita mencari atribusi internal di dirinya. Dari situ kita bisa menyimpulkan berarati orang itu benar – benar menyayangi anak – anaknya atau orangb itu memiliki prinsip bahwa keluarga adalah segala – gallanya.
Factor penting lain untuk melihat perilaku seseorang adalah dari harapan atau dugaan yang kita miliki tentang perilaku orang, berdasarkan informasi yang telah kita miliki tentang orang itu. Informasi tertentu itu bisa membuat kita lebih mengenalnya daripada ketika kita melihatnya melakukan satu hal kita bisa saja mendengarkan seseorang membicarakan masalah tertentu
sebelumnya, atau kita mungkin pernahmendengarnya mebicarakan masalah lain yang berhubungan dengan itu.. misalnya saja, selam ini anda tahu benar bahwa teman anda adalah seorang pendukung gerakan persamaan perrempuan di masyarakat. Suatu saat anda bertemu dengan orang tuanya dan makan bersama dengann mereka. Ketika itu, anda melihat teman anda mengangguk – anggukan kepanya saat orang tuanya mengeluarkan pernyataan yang cenderung konservativ terhadap hal yang diyakinkan.

C. TEORI – TEORI ATRRIBUSI
Berikut anda akan pelajari ndua teori atribusi yang penting untuk anda ketahui.
1. Correspondent infrence theory (teori penyimpulan terkait)
Teori ini difokuskan pada orang yang dipersepsikan. Teori ini sendiri deikmebangkan oleh Edwards E. Jones dan Keith Davis (1965). Mereka mengatakan bahwa dalam menjelaskan suatu kejadian tertentu, kita akan mengacu pada tujuan atau keinginan seseorang sesuai dengan sikap dan perilakunya. Saan ingin memahami perilaku seseorang dengan informasi yang terbatas (seseorang yang tidak atau kurang kita kenal), kita akan menyimpulkan dari hal yang sesuai dengan apa yang kita lihat acuan.
Menurut teori ini, perilaku merupakan sumber informasi yang kaya. Dengan demikian, apabila kita mengamati perilaku orang lain dengan cermat, kita dapat mengambil beberapa kesimpulan. Misalnya seorang pemuda yang sangat sering mengirim sms ke teman gadisnya dapat dikatakan menaruh perhatian istimewa kepada sang gadis. Orang yang sedang berwajah murung kuta anggap ia sedang bersedih,dan sebagainya.
Teori ini selanjutnya menjelaskan, atribusi itu dilihat sebagai suatu hal yang stabil dan merupakan disposisi internal. Misalnya, saat akan menuju kesuatu tempat, anda melihat seorang pria dan wanita bertengkar hebat dan saling beradu argumen. Anda memperhatikan bahwa seorang pria ini menaikan nada bicaranya dan wanita itu menangis. Tentu anda befikir mengapa mereka berdua sampai melakukan itu? Jika anda melakukan hal sesuai teori ini, anda menyimpulkan bahwa seorang pria itu berkeinginan untuk membuat san wanita menangis dan dia mengekspresikan marahnya untuk mengendalikan pasangannya. Anda akan menyimpulkan bahwa pria itu memiliki sifat emosional dan pemarah. Ia buka pria yang biasa saat itu anda lihat sedang marah – marah. Tindakan yang agresif merupakan suatu acuan yang sesuai dengan pemikiran kita bahwa ia memang orang yang agresif.

2. Casual analysis theory (Teori Analisis Kasual)
Teori ini merupakan teori atribusi yang lebih terkenal. Dasarnya adalah tetap commonsense (akal sehat) dan berfokus pada atribusi internal dan eksternal. Teori ini dikembangkan oleh Harold H. Kelley.
Menurut Kelley, parapengamat perilaku orang lain bertindak seperti ilmuwan yang naif, mengumpulkan berbagai informasi tentang perilaku dan menganalisis polanya seupaya bisa dimengerti. Dengan kesimpulan yang diperoleh, pengamat menentukan atribusi apa yang harus dilakukan. Tidak seperti teori sebelumnya, dalam teori ini, suatu perilaku orang bisa menimbulkan perilaku lain sebagai sebab – akibatnya.
Menurut teori ini, ada beberapa hal yang membuat seseorang mencari penyebab terjadinya sesuatu; Diantaranya:
a. Kejadian yang tidak terduga
Stimuli yang sering terjadi adalah kejadian – kejadian tidak terduga yang dialami manusia setiap hari. Misalnya, rencana liburan bersama keluarga yang sudah dipersiapkan jauh hari sebelumnya tetapi tiba – tiba harus dibatalkan karena alasan tertentu. Disitu ada konsekuensi yang tidak terduga dan tidak bisa dijelaskan. Setelah itu, kita akan mencoba mencari tahu alasan mengapa hal itu bisa terjadi. Saat kita mencari arti dari kejadian itu, ddan mengeluarka perannya “mengapa?” , dan disitu kita melakukan suatu analisis kasual.
b. Kejadian negatif
Bahkan suatu kejadian tidak bisa kita duag sebelumnya dan sangat tidak mnyenangkan, kita pasti akan berusaha untuk mencari alasan terjadinya hal tersebut. Hal ini berhubungan dengan motivasi hedonik, yaitu suatu keinginan untuk menghindari rasa sakit dan menciptakan kepastian dalam diri. Kalau kita bisa memahami dengan baik apa yang menyebabkan kegagalan dan hala yang mngecewakan itu, kita pasti akan berusaha untuk mencegahnya. Kejadian negatif yang menimpa diri kita membuat kita untuk mencari penyebabnya untuk kemudian mencegah kejadian yang sama terulang kembali.
c. Kejadian eksteem
Hal paling nyata dan jelas yang sering kita tanyakan dalam hidup adalah saat ada sesuatu yang ekstreem terjadi pada diri kita. Kita akan lebih sering menanyakan “mengapa ini terjadi?” saat ada kejadian, seperti tekena bencana alam, kecelakaan, mengidap penyakit yang berbahaya, atau mungkin menjadi korban kejahatan. Dalam beberapa hal, proses mencari sebab itu merupakan bagian dari tahap penyembuha dan pemulihan diri.
d. Sikap ketergantungan
Tidak semua yang dilakukan orang membuat kita tertarik untuk mencari alasan mengapa hal itu dilakukan. Kita akan lebih tertarik untuk mencari alasan dari tindakan orang yang memiliki pengaruh dalam kehidupan kita. Begitu besar pengaruh mereka, samapai – sampai kita tergantung pada segala hal yang mereka lakukan. Anak – anak akan memberi perhatian dan lebih memikirkan mengapa orang tua mereka melakukan perilaku tertentu. Hal ini dikarenakan orang tua memiliki pengaruh besar dalam kehidupan seorang anak dan anak itu sanagat tergantung padanya. Sama seperti seorang pelajar yang berusaha mencari tahu apa yang diprioritaskan gurunya.
e. Mempertahankan skemata
Skemata merupakan serangkaian ide tantang pengalaman dan kejadian – kejadian. Saat kita menemukan informasi baru yang mengganggu skemata kita, kita akan berusaha keras untuk menganalisis dan memahaminya, kita biasanya akan berusaha untuk menyesuaikan informasi baru itu denga skemata sebelumnya yang duah ada dan cenderung untuk tidak mengubah skema itu.
Misalnya, selam ini anda memiliki kesan yang baik dengan teman satu kelas anda, katakanlah si B bahwa dia adalah orang yan jujur, baik hati, ramah, dan mau menolong siapa saja. Samapai suatu hari , anda bertemu teman baik anda yang mengatakan si B tidaklah seperti yang dikeenal selam ini. Teman anda ini ternyata memiliki pengalam buruk dengan B. Gambaran yang diberikannya tentan B merusak skema yang anda miliki sebelumnya. Tentu hal ini meresahkan anda karena penilaian anda bisa saja salah. Di satu sisi, anda juga akan berusaha mempertahankan skema yang telah dimiliki. Salah satunya dengan menduga bahwa teman teman anda baru saja mengenal B dan baru satu kali mengalami kejadian yang tidak menyenangkan dengan B atau bertemu dengan B saat kondisi yang kurang enak. Anda akan cenderung untuk mempertahankan skema sebelumnya dengan berbagai cara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar